Senyum dan rona bahagia senantiasa mengembang dari wajah Erwinda Viantasari. Gadis berjilbab itu, menjadi di antara dari 900 mahasiswa Universitas Jember (Unej) yang mengekor proses wisuda pada Sabtu (31/8) ini. Istimewanya, Winda, sapaan akrabnya, adalahsalah satu alumni terbaik dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dengan torehan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) hampir sempurna, 3,92.
Namun, di balik capaiannya hari ini, Winda sempat bakal putus sekolah, sebab keterbatasan ekonomi. Kedua orang tuanya, Pairin dan Siti Atiqah sehari-hari melulu bekerja sebagai buruh tani dengan pendapatan yang tidak menentu. Karena melulu mempunyai sawah yang amat terbatas, orang tua Winda melulu bekerja sebagai buruh bila diperlukan oleh empunya lahan yang lebih luas.
Beruntung, Winda mendapat desakan motivasi dari guru-gurunya semasa SMP.
"Sewaktu duduk di SMPN 2 Bangorejo, Banyuwangi, saya sudah nyaris putus sekolah sebab orang tua tidak dapat lagi mengongkosi sekolah. Tapi sebab prestasi saya yang baik maka guru-guru di SMPN 2 Bangorejo sepakat mengikutsertakan saya ke SMAN 1 Genteng, Banyuwangi," ujar alumnus Program Studi Pendidikan Matematika ini.
SMAN 1 Genteng adalahsalah satu SMA paling kesayangan di Banyuwangi. Berkat prestasinya tersebut pula, sekitar sekolah, baik di tingkat SMP sampai SMA Winda kerap menemukan keringanan ongkos karena berprestasi. Begitu pula sejak mula kuliah di Unej, selama 4 tahun yang lalu.
"Alhamdulillah saya sejak mula kuliah, mendapat pertolongan beasiswa Bidikmisi. Kalau tidak, kelihatannya saya tidak mungkin dapat kuliah," kenang Winda.
Riwayat edukasi Winda semenjak sekolah memang identik dengan prestasi. Kala duduk di SMPN 2 Bangorejo, Winda selalu menduduki rangking kesatu secara paralel di sekolahnya sekitar lima semester beruntun hingga lulus. Begitu pula ketika belajar di SMAN 1 Genteng, Winda masuk dalam ruang belajar unggulan dan namanya jadi langganan tidak jarang kali masuk dalam barisan tiga besar murid terbaik di SMAN 1 Genteng.
Begitu pula ketika duduk di SMA, Winda pun meraih juara satu dalam ajang Olimpiade Teknologi Informasi dan Komunikasi se Kabupaten Banyuwangi.
"Tapi yang sangat berkesan ialah saat saya meraih juara dua lomba desain batik khas Banyuwangi. Walau melulu dapat juara kedua namun desain batik karya saya menjadi batik sah SMAN 1 Genteng sampai kini, kenang anak bungsu dari dua bersaudara ini.
Ternyata prestasi Winda berlanjut ketika dirinya menuntut ilmu di Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember. Winda meraih peringkat 10 besar di ajang Olimpiade Sains Nasional 2017 di Yogyakarta. Winda pun masuk dalam kesebelasan Olimpiade Nasional MIPA Universitas Jember tahun 2019 lalu.
"Sedari kecil saya memang berangan-angan jadi guru. Oleh karena tersebut saya memilih kuliah di FKIP Universitas Jember. Sebab saya hendak mendidik anak-anak supaya mampu meraih cita-citanya, khususnya anak-anak yang tidak cukup mampu laksana saya," tutur Winda.
Dari empiris hidupnya itu, Winda bercita-cita kepada semua anak-anak guna tidak gampang menyerah dalam menggapai cita-cita mendapat akses edukasi yang lebih baik.
"Karena andai kita mau berjuang keras dan berdoa, maka tidak terdapat yang tidak mungkin. Insyaallah akan tidak jarang kali ada jalan, pesan Winda menyelesaikan percakapan.