Untuk orang yang suka santap pedas dan suka menciptakan sambal, telah tentu akan melakukan pembelian cabai dengan tingkat kepedasan yang mereka suka. Saat mereka melakukan pembelian cabai, tentunya mereka pun akan bertanya untuk si pembeli apakah cabainya pedas atau tidak.
Kalau dibalas pedas, orang yang tidak dapat makan terlampau pedas tentu tidak bakal beli. Kalau dibalas tidak pedas, sudah tentu lebih tidak banyak lagi orang yang inginkan membelinya.
Pertanyaan-pertanyaan laksana ini ternyata sempat mengundang rasa hendak tahu sejumlah orang. Begitu pun dengan sosok lelaki ini yang penasaran dengan teknik berjualan seorang saudagar cabai. Berikut kisahnya.
Diceritakan. Hari itu, Rahmat (nama samaran) pergi ke pasar dan menyaksikan seorang ibu yang sedang memasarkan cabai. Kebetulan hari tersebut ia sedang santai dan hendak melihat bagaimana ia memecahkan soal yang mempunyai sifat antinomi ini.
Rahmat juga kemudian berbicara kepada saudagar tersebut, "Bagaimana bila ibu membagi barang-barang menjadi 2 bagian, yang unsur depan cabai yang pedas, yang unsur belakang yang nggak terlampau pedas."
Ibu tersebut pun lantas memberikan respon. Sambil tersenyum ia menjawab, "Nggak usah."
Tak lama kemudian, datang seorang konsumen dan bertanya, "Bu, cabainya pedas nggak?"
Ibu pedagang tersebut lalu menjawab, "Yang warnanya lebih tua lebih pedas, yang muda nggak!"
Pembeli tersebut pun memilih cabai yang berwarna lebih muda kemudian membayarnya lantas pergi. Selang sejumlah waktu, cabai yang berwarna muda ternyata sudah nyaris habis.
"Nanti ibu ini akan jawab apa ya?" pikir Rahmat dalam hati.
Saat tersebut datang lagi seorang pembeli dan bertanya, "Bu, cabainya pedas nggak?"
Sang ibu sekilas menyaksikan cabai yang tersisa kemudian menjawab, "Itu, yang lebih pendek lebih pedas, yang panjang nggak!"
Akhirnya, semua pembeli yang beda memilih cabai menurut panjang pendeknya. Sampai kesudahannya tersisa cabai yang berwarna gelap dan pendek. Rahmat juga semakin penasaran dengan strategi apa yang kira-kira akan digunakan oleh ibu saudagar ini selanjutnya.
Tidak lama kemudian, datang lagi seorang pembeli yang bertanya, "Bu, cabainya pedas nggak?"
Ibu ini juga dengan tetap percaya diri menjawab, "Yang kulitnya lebih keras lebih pedas, yang lebih lembut nggak pedas!"
Sampai pada akhirnya, seluruh cabainya juga terjual habis. Ibu pedagang tersebut lalu menoleh untuk Rahmat dan berkata, "Cara yang anda sarankan sebetulnya nggak buruk, melulu saja seluruh orang tahu. Dan saya punya teknik tersendiri."
Diam-diam Rahmat juga merasa kagum untuk ibu tersebut. "Benar-benar saudagar yang cerdik," ucapnya dalam hati.
Sahabat. Ketika sedang berbisnis, tidak boleh langsung terburu-buru memasarkan produk. Tanyakan dulu, dan dengarkan apa yang diperlukan pelanggan potensial. Begitu mengetahui keperluan pelanggan, maka memasarkan barang pun pasti akan jauh lebih mudah.
Nah, bagaimana menurut keterangan dari sahabat semua? Bila terdapat pendapat atau masukan silakan tulis di kolom komentar ya. Jangan tak sempat berikan like & share pun lalu klik ikuti bila menyenangi postingan ini. Terima kasih.
cerpen.co id