Ki Ageng Butuh, Saksi Pindahnya Wahyu Keprabon Jaka Tingkir

Wahyu Keprabhon berpindah.

Tepat saat itu, mereka berhenti di lokasi pedukuhan Butuh, di mana Ki Ageng Butuh adalah pemimpin padukuhan dengan pangkat Bekel.


(Ingatkah kamu dengan Ki Ageng Butuh? Ki Ageng Butuh adalah kawan dekat karib Ki Ageng Pengging. Beliau dengan Ki Ageng Ngerang dan Ki Ageng Tingkir sempat berguru kepada Syeh Lemah Abang. Baca catatan saya KI AGENG PENGGING).

Malam itu Ki Ageng Butuh tidak bisa tidur. Beliau duduk di Pendhopo rumah. Tepat menjelang tengah malam, diatas langit muncul seberkas cahaya kebiru-biruan meluncur dari arah utara. Cahaya itu melintasi langit Butuh!

Ki Ageng Butuh terkesiap. Cahaya ini adalah Wahyu Keprabhon. Yaitu Wahyu seorang Raja. Berasal dari utara, tak lain dari Demak Bintara. Dan wahyu ini tengah bergeser tempat! Dimana wahyu ini jatuh, maka disanalah orang pilihan tersebut bisa dipastikan bakal tampil menjadi seorang Raja!

Sontak Ki Ageng Butuh menghambur menuju Gedhogan ( Kandang Kuda ) dan menyambar seekor kuda. Ditengah malam buta, Ki Ageng Butuh memacu kudanya mengikuti gerak cahaya kebiru-biruan yang muncul melintas di atas langit menuju ke pinggir pedukuhan, jauh ke pinggir sungai!

Ki Ageng Butuh tetap mengikuti pergerakan cahaya tersebut.

Dan tepat dipinggiran sungai, cahaya itu meluncur ke bawah dan raib! Ki Ageng tetap memacu kudanya.

Dan kudanya terhenti nyalang manakala lebih dari satu orang bersenjata tengah menghadangnya tiba-tiba!

Ki Ageng memincingkan matanya memandang ada sekitar lima orang bersenjata terhunus tengah halangi laju kudanya. Sejenak Ki Ageng ditanya siapakah beliau. Ki Ageng-pun memperkenalkan dirinya sebagai penguasa lokasi tersebut. Dan giliran Ki Ageng yang balik bertanya siapakah mereka.

Para penghadang Ki Ageng Butuh tak lain adalah para gerilyawan yang mengiringi Jaka Tingkir. Mereka tengah mendapat giliran jaga malam. Mendengar nama Jaka Tingkir disebut-sebut, Ki Ageng Butuh terkejut. Cepat dia berharap kepada kelima orang tersebut untuk memperlihatkan di mana Jaka Tingkir kini tengah berada. Kelima orang itu muncul enggan dan curiga. Namun manakala mendengar percakapan Ki Ageng bahwa beliau memandang wahyu keprabhon jatuh ditempat itu, sontak mereka langsung mengantarkan Ki Ageng Butuh ketempat di mana Jaka Tingkir tengah beristirahat.

Disaksikan kelima orang gerilyawan tersebut Ki Ageng Butuh, disana sebuah perihal yang memukau mata tengah terjadi!

Diatas kepala seorang pemuda yang tengah tertidur, muncul seberkas cahaya tengah mengambang, berwarna biru cerah. Keenam orang yang memandang hal itu tercengang. Wajah sang pemuda muncul menyadari muncul tersinari cahaya tersebut.

Ki Ageng Butuh tidak curiga kembali dengan Mas Karebet, putra sahabatnya, Ki Ageng Pengging! Pemuda yang kini tengah tertidur dengan cahaya mengambang diatas kepalanya itu adalah Mas Karebet, gara-gara wajahnya serupa dengan Ki Ageng Pengging!

Dan Jaka Tingkir mendadak terjaga dari tidurnya! Bersamaan dengan itu, cahaya kebiru-biruan yang terang diatas kepalanya lenyap!

Jaka Tingkir terjaga gara-gara di dalam tidurnya dia mendengar suara-suara aneh tengah memanggil-manggil namanya berulang-ulang!

Begitu dia sadar, dia muncul kebingungan manakala tak jauh dari tempatnya tidur, ada enam orang tengah memperhatikannya dengan tatapan takjub!


Belum reda keheranan Jaka Tingkir, tidak benar seorang dari enam orang yg tengah tercengang melihatnya menghambur dan memeluknya. Keheranan Jaka Tingkir makin bertambah-tambah. Namun begitu sosok itu memperkenalkan didinya sebagai Ki Ageng Butuh, kawan dekat karib ayahandanya Ki Ageng Pengging, Jaka Tingkir sedikit banyak menyadari situasi yg serba mengherankan tersebut.

Ki Ageng Butuh menyebutkan bahwasanya Jaka Tingkir kini udah terpilih sebagai Raja Tanah Jawa. Sesaat lalu, saat Jaka Tingkir tertidur, cahaya wahyu keprabhon udah jatuh diatas kepalanya. Jaka Tingkir kembali dicekam rasa heran. Antara yakin tidak percaya. Namun memandang keseriusan Ki Ageng Butuh, kesangsian Jaka Tingkir luruh juga.

Malam itu, Ki Ageng Butuh banyak mengimbuhkan wejangan-wejangan yang benar-benar berfaedah bagi Jaka Tingkir. Satu hal yg beliau tekankan, sehingga Jaka Tingkir mentauladani ayahandanya Ki Ageng Pengging yang populer sabar dan legowo. Jika kelak Jaka Tingkir benar-benar sukses menempati tahta dan menjadi penguasa Tanah Jawa, sikap ini wajib dikedepankan.

Menjelang pagi, Ki Ageng Butuh-pun melepaskan kepergian Jaka Tingkir dan rombongan dengan doa-doa keselamatan.

Rombongan Jaka Tingkir, kini melanjutkan perjalanan lewat jalur darat.