Jaka Tingkir dan Kebo Andanu, Analogi Sebuah Strategi

Pegunungan Prawata


Dan perjalanan rombongan Jaka Tingkir-pun hingga juga di pegunungan Prawata. 

Walau agak lambat gara-gara mereka memilih jalur-jalur sepi bersama dengan menerobos hutan belukar demi meghindari keraguan orang banyak, terhadap selanjutnya mereka tiba juga.



Dengan bantuan gerilyawan anak buah Arya Bahu Reksa, Jaka Tingkir sanggup bersua bersama dengan Kebo Andanu, pemimpin gerilyawan yang bermukim disekitar Pegunungan Prawata.

Jumlah personil anak buah Kebo Andanu ternyata lumayan banyak juga. Dengan bantuan mereka yang udah lumayan hafal medan Pegunungan Prawata, apa yang bakal direncanakan Jaka Tingkir bakal sanggup dikerjakan bersama dengan mudah.

Jaka Tingkir dan Kebo Andanu langsung merndingkan rencana secara matang.

Setelah bkesepakatan dicapai, Jaka Tingkir menjanjikan, kelak seumpama dia berhasil tempati tahta Demak dan berhasil mendirikan Kerajaan baru, Kebo Andanu bakal diberikan wilayah otonomi tertentu didaerah Pegunungan Prawata dan sekitarnya.

 Kebo Andanu dijanjikan bakal diangkat sebagai penguasa setingkat Adipati atau Raja Bawahan.

Untuk kala waktu, Jaka Tingkir berserta rombongan beristirahat lebih dari satu hari dipusat hunian para gerilyawan pimpinan Kebo Andanu. Jaka Tingkir tunggu hari yang pas untuk menggerakkan rencananya.

Dan terhadap hari yang ditentukan, gerilyawan kombinasi ini bergerak tempati tempat-tempat yang udah direncanakan. Tempat-tempat yang mendekati posisi Pesanggrahan di mana Sultan Trenggana berada.

Dengan ditemani Ki Mas Manca, Jaka Tingkir menyamar sebagai seorang tukang rumput. Mereka berdua lebih mendekat ke pusat Pesanggrahan. 

Jaka Tingkir menginginkan lebih menegaskan bersama dengan mata kepala sendiri bahwa Sultan Trenggana sebetulnya terlalu berdiam disana.

 Selain itu, Jaka Tingkir juga sedang mencari tujuan lebih dari satu orang Prajurid Pengawal Sultan yang sama-sama saling kenal bersama dengan dirinya.

Dari hasil pengamatan Jaka Tingkir, dia sanggup menegaskan bahwa Sultan Trenggana sebetulnya berdiam disana. Jaka Tingkir percaya sehabis mengamati seharian keadaan dan keadaan Pesanggrahan. 

Sebagai mantan Lurah Prajurid Pengawal Sultan, Jaka Tingkir tahu bahwa sebetulnya Raja Demak itu sedang berada di Pesanggrahan Pegunungan Prawata.

Pada malam harinya, lagi Jaka Tingkir, ditemani Ki Mas Manca dan lebih dari satu gerilyawan pilihan mendekati wilayah Pesanggrahan. Jaka Tingkir sedang mengincar lebih dari satu orang prajurid jaga. Yaitu Prajurid Pengawal Sultan yang dikenalinya. 

Setelah beroleh sasaran yang tepat, dilengkapi keadaan yang dirasa lumayan memadai, Ki Mas Manca dan Jaka Tingkir menyergap dua orang prajurid yang udah diincar semenjak sore.

 Dibantu lebih dari satu gerilyawan yang lain, dua orang prajurid ini berhasil dilumpuhkan dan dibawa menjauhi areal Pesanggrahan menuju ke area persembunyian para gerilyawan.

Sesampainya ditempat persembunyian para gerilyawan, ke dua prajurid pengawal selanjutnya langsung ditemui sendiri oleh Jaka Tingkir. 

Betapa terperanjat mereka tahu siapa yang sedang menemui mereka berdua. Keduanya tidak bakalan lupa bersama dengan Jaka Tingkir, mantan Lurah Prajurid Pengawal mereka.

Oleh Jaka Tingkir, ke dua prajurid ini ditawari jabatan tinggi jikalau mereka mau menopang gerakan yang direncanakan Jaka Tingkir. Dan keduanya tergiur. Mereka selanjutnya menerima tawaran tersebut. 

Tugas mereka cuman mengabarkan kepada Sultan Trengana bahwa mereka memandang sosok Jaka Tingkir tegah bertapa disekitar Pegunungan Prawata.

Kabar selanjutnya harus disampaikan kepada Sultan Demak keesokan hari manakala Pesanggrahan udah di serang oleh pere gerilyawan. 

Ditengah keadaan genting dan terlalu mengancam keselamatyan Sultan, saat itulah ke dua prajurid ini harus menghadap Sultan dan mengemukakan berita tersebut.

Selanjutnya mereka harus sanggup berikan masukan sehingga Sultan meminta bantuan Jaka Tingkir untuk mengusir gerombolan liar yang mengancam beliau.

Jika Sultan setuju, secepatnya mereka harus lagi menemui Jaka Tingkir. Jika Sultan tidak setuju, mereka tidak usah lagi lagi.


Menjelang pagti hari, seluruh gerilyawan udah siap terhadap pos masing-masing. Dan seiring bersama dengan bunyi burung hutan buatan yang disuarakan oleh Ki Mas Manca, serentak mereka muncul berasal dari persembunyian dan menyerang Pesanggrahan di mana Sultan Trenggana berada!

Pagi baru menjelangt. Embun tetap juga belum mengering. Matahari tetap menyembul malu-malu. 

Seluruh Prajurid Pengawal Sultan Demak dikejutkan bersama dengan serangan mendadak berasal dari gerombolan gerilyawan Majapahit!

Bende (Gong kecil) seketka nyalang dipukul! Dari satu tempat, menyusul nada bende terdengar ditempat lain! Berkumadnatg memekakkan telinga! Bunyi pukulan bertylu-talu selanjutnya berbaur bersama dengan nada teriakan-teriakan beringas berasal dari para gerilyawan dan nada kepanikan para prajurid Demak!

Dipagi buta itu, di mana mata mereka juga belum seluruhnya jernih, para Prajurid Pengawal Sultan langsung menyambar senjata dan tameng masing-masing! Riuh rendak suaranya! Bentakan-bentakan komando terdengar disana-sini!!

Dan pertempuran pecah sudah! Senjata-senjata berkilat-kilat ditimpa sinar mentari yang baru saja mengintip mayapada! Disana-sini, nada denting senjata terdengar memekakkan telinga dibarengi teriakan-teriakan marah berasal dari mereka yang sedang mengadu nyawa!!

Belum reda kekacauan yang sedang terjadi, para prajurid Demak dikejutkan pekikan keras berasal dari sisi lain. Pekikan yang berbunyi : JAYA MAJAPAHIT!! berulang-ulang dan disusul nada gemuruh sahutan : JAYA!!. 

Disana, berasal dari sisi lain, sepasukan gerilyawan datang menyerang dan meleburkan diri dalam pertempuran yang udah terjadi!!!

Kepanikan melanda para Prajurid Pengawal Sultan! Mereka tidak menyangka-nyangka, hari ini para gerilyawan berani menyerang Pesanggrahan Pegunungan Prawata!!

 Kepanikan jadi bertambah-tambah manakala disela-sela pertempuran terdengar teriakan berulang-ulang :PATENI WONG DEMAK!!! (BUNUH ORANG DEMAK!!). Teriakan ini bersahut-sahutan. Para prajurid Demak sedikit menciut nyalinya.

Dan satu demi satu, mayat-pun bergelimpangan bermandikan darah!!!

Kebo Andanu muncul memacu kuda ditengah-tengah pertempuran sembari konsisten berteriak-teriak : JAYA MAJAPAHIT!!Dia membawa bendera bergambar Surya Majapahit, simbol kebesaran Majapahit ditangan kirinya ,sedangkan tangan kanannya konsisten mengayunkan senjata bersama dengan lincahnya!! Satu dua prajurid Demak terpapas ayunan senjatanya! Jerit kesakitan terdengar diiringi tumbangnya tubuh itu bersama dengan bermandikan darah segar!

Para Prajurid Pengawal Sultan terdesak! Tubuh-tubuh prajurid Demak tumbang satu persatu. Gerilyawan liar ini terlalu muncul terlalu ganas! Gerakan peyerangan mereka yang tidak kenal takut muncul sarat bersama dengan penumpahan dendam dan kebencian!!

Dan lebih dari satu pasukan gerilyawan udah naik memasuki Pesangrahan di mana Sultan Trenggana sedang berada! Jerit kegelisahan berasal dari para dayang wanita dan lebih dari satu selir yang kebetulan turut ditempat selanjutnya terdengar! Mereka kegelisahan memandang gerombolan gerilyawan Majapahit memasuki Pesanggrahan tanpa tersedia satupun pasukan Demak yang sanggup menahannya! Kegaduhan, kepanikan, kegelisahan muncul disana-sini!

Pergerakan pasukan gerilyawa udah tidak sanggup dikontrol lagi. Penyeragan mereka jadi liar dan ganas!!!

Melihat keadaan seperti itu, Jaka Tingkir langsung memerintahkan dua orang prajurid Demak yang semalam diculiknya untuk langsung menggerakkan tugas! Kedua prajurid ini langsung bergerak menyusup, mencari jalur safe menuju Pesanggrahan. 

Sebuah tanda tertentu yang mereka memakai dileher membuat para gerilyawan yang kebetulan memandang mereka langsung beri tambahan jalan!!

Dua orang prajurid ini hingga di Pesanggrahan! Situasi terlalu kacau balau!! Mereka udah hapal jalur menuju ruang dalam Pesanggrahan. Dan mereka bergerak ke ruang rahasia di mana mereka pastikan Sultan tentu sedang mengamankan dirinya disana!!

Kedatangan mereka yang tergopoh-gopoh membuat lebih dari satu prajurid pengawal yang tetap memelihara Sultan terkejut!! Ditengah kepanikan dan ketakutan, ditengah kebingungan mereka mencari celah membawa lari Sultan muncul berasal dari medan tempur, kedatangan dua orang prajurid ini hampir saja mengakibatkan pertikaian!!

Namun memandang yang datang adalah sesama anggota prajurid pengawal, mereka-pun langsung bertanya tersedia berita penting apakah yang hendak disampaikan? Dua orang prajurid ini meminta ijin untuk bersua Sultan Trenggana langsung!

Dalam keadaan mencekam, para prajurid yabg memelihara Sultan mengantarkan dua orang suruhan menemui Sultan Trenggana! Didalam bilik, muncul Sultan sedang berdiri tegang sembari menggenggam keris. Melihat kedatangan dua orang prajurid tersebut, Sultan langsung menyongsong dan bertanya apa yang hendak mereka sampaikan.

Tanpa menungu kala lama, dua orang prajurid ini langsung mengabarkan bahwa mereka memandang Jaka Tingkir. Jaka Tingkir sedang berada disekitar Pegunungan Prawata. Dia sedang menggerakkan Tapa Brata. Jika Sultan berkenan, Jaka Tingkir mau turun tangan kala ini juga!!


Dalam keadaan panik, Sultan Treggana tidak sanggup berfikir panjang lagi. Beliau langsung memerintahkan dua prajurid ini untuk menemui Jaka Tingkir. Sultan Trenggana memerintahkan Jaka Tingkir mengatasi kekacauan dan Sultan bakal mengampuni segala kesalahannya!

Kedua prajurid ini bergegas mohon undur. Keduanya langsung muncul berasal dari Pesangrahan, lagi menemui Jaka Tingkir!

Mendengar Sultan Trenggana sedang panik dan meminta bantuannya, Jaka Tingkir, Ki Mas Manca, Ki Mas Wila dan Ki Mas Wuragil langsung bergerak!

Ki Mas Manca langsung memperdengarkan nada burung hutan tiruan bersahut-sahutan! Disusul lantas nada serupa terdengar! Suara yang dibikin oleh para gerilyawan yang lain begitu mendengar nada burung hutan tiruan yang diperdengarkan oleh Ki Mas Manca!

Jika nada ini terdengar, maka menandakan bahwasanya Jaka Tingkir udah waktunya tampil ke medan laga

Namun seharusnya, begitu mendengar tanda nada yang dibunykan lebih dari satu gerilyawan berasal dari garis belakang, Kebo Andanu harus beri tambahan tanda penghentian 1/2 penyerangan bersama dengan menurunkn bendera Surya Majapahit! Hanya pemimpin gerilyawan anak buah Arya Bahureksa saja yang melakukannya. 

Gerakn penyerangan 1/2 terhenti berasal dari sisi lain. Beberaga gerilyawan dibaris depan berbalik arah mundur pelahan bergelombang!

Namun tidak bersama dengan pasukan yang dipimpi Kebo Andanu! Mereka konsisten merangsak maju. Mereka tidak memandang bendera Surya Majapahit ditangan Kebo Andanu diturunkan!

Situasi yang tak terduga ini membuat lebih dari satu gerilyawan kebingungan. Dan Jaka Tingkir-pun memandang itu! Kebo Andanu tidak menuruti perintahnya! Kebo Andanu tidak menggerakkan rencana yang udah disepakati! Dan gerakan pasukan Kebo Andanu udah merambah Pesanggrahan. Beberapa bangunan Pesanggrahan udah dibakar!

Jaka Tingkir cepat bertindak! Dia mengambil alih sekor kuda dan cepat naik keatas pelana. Kuda langsung digebrak nyalang, langsung melaju ke garis depan! Ki Mas Manca, Ki Wila dan Ki Wuragil tidak tinggal diam! Mereka langsung meggebrak kuda masing-masing menyusul Jaka Tingkir!

Melihat kedatangan empat penunggang kuda yang menerobos medan pertempuran, dan yang paling depan muncul adalah Jaka Tingkir, Kebo Andanu tidak menggubris! Bendera Surya Majapahit kini jadi dia angkat tinggi-tinggi!

Jaka Tingkir bertindak cepat, dia memacu kuda mendekati Kebo Andanu. Manakala jarak mereka udah teramat dekat, Jaka Tingkir langsung melompat berasal dari atas kudanya, menubruk tubuh Kebo Andanu! Karuan saja, Kebo Andany jatuh terguling ditimpa tubuh Jaka Tingkir. Bendera Surya Majapahit terlempar berasal dari genggamannya!

Cepat bendera itu diraih Jaka Tingkir dan dilemparkan kearah Ki Mas Manca yang sedang memacu kuda kearahnya! Ki Mas Manca sigap menerima lemparan tersebut! Dengan konsisten memacu kuda ke garis paling depan, diiringi Ki Mas Wila dan Ki Mas Wuragil, Ki Mas Manca mengangkat tinggi-tinggi bendera Surya Majapahit, lantas digerakkannya turun sambil berteriak :

“Munduuuuuuuuur!!!!”

Mendengar teriakan komando berasal dari Ki Mas Manca dan memandang bendera Surya Majapahit ditangannya bergerak turun, lebih dari satu pemimpin gerilyawan yang membawa bendera serupa langsung laksanakan perihal yang serupa dan berteriak :

“Munduuuuuuur!! Munduuuuuuuuur!!”

Gerakan merangsak maju berasal dari anak buah Kebo Andanu langsung tertahan. Kini pelahan mereka mundur ke belakang bergelombang!

Beberapa prajurid Demak yang hampir kehilangan nyawa bersyukur manakala para gerilyawan itu saat itu juga mundur kebelakang!

Di lain tempat, Kebo Andanu sedang berhadapan bersama dengan Jaka Tingkir!

“Paman, mengapa tidak mengikuti rencana semula?!”

Suara Jaka Tingkir tertahan. Jarak mereka teramat dekat, lumayan untuk didengar oleh Kebo Andanu. Kebo Andanu mendengus! Matanya berkilat-kilat!

“Kehormatan bagiku membunuh keturunan Patah itu bersama dengan tanganku, Raden!”

Suara Kebo Andanu terdengar bergetar menghindar amarah!


Jaka Tingkir mendesis :

“Pasukan Demak dalam kuantitas besar sebentar lagi datang! Percuma cuma membunuh Sultan-nya! Sultan baru bakal langsung diangkat menggantikan! Ikuti rencana semula, paman! Tahta Demak sanggup kami rebut berasal dari dalam!!”

Namun Kebo Andanu tidak mau mendengar. Kini dia jadi menaiki kudanya, menghunus keris dan berkata :

“Bunuhlah aku, Raden! Hanya bersama dengan langkah itu Raden sanggup menghentikan saya memenggal kepala Trenggana!!”

Kuda digebrak! Sesaat meringkik! Lantas berlari ke arah Pesanggrahan! Jaka Tingkir tidak tinggal diam! Dia berlari menghampiri kudanya dan langsung meyusul Kebo Andanu!

Aksi kejar-kejaran muncul tahu gara-gara pertempuran pelahan merasa mereda. Seluruh yang datang memandang itu semua. Para gerilyawan menduga-duga apa yang sedang terjadi! Dan terhadap selanjutnya mereka masing-masing sanggup menyimpulkan bahwa Kebo Andanu sedang melanggar rencana semula!

Di pihak pasukan Demak, lebih dari satu prajurid senior sanggup memandang bersama dengan tahu dan mengenali bahwa sosok penunggang kuda yang sedang mengejar pemimpin gerilyawan itu tak lain adalah Jaka Tingkir, mantan Lurah Prajurid Pengawal Sultan! Berbagai dugaan merebak dibenak mereka! Namun, aksi kejar-kejaran yang sedang berlangsung lebih mengambil alih perhatian mereka!!

Dan lagi Jaka Tingkir lebih trampil memapas laju kuda Kebo Andanu!! Kuda Jaka Tingkir mendahului laju kuda Kebo Andanu dan bersama dengan berani bergerak melintang didepannya! Karuan Kuda Kebo Andanu terperanjat dan sigap berlari memutar!!!

Kedua kuda berlari berputar arah, lantas bersua berhadap-hadapan! Koua melonjak-lonjak sesaat! Mendengus-dengus!! Jaka Tingkir dan Kebo Andanu kini lagi berhadapan!!

“Hentikan, paman!!”

Kebo Andanu tersenyum anyir!! Dia menggeleng!!

“Membunuh Trenggana atau mati ditangan pewaris tahta Majapahit adalah kehormatan bagiku!”

Nyaring nada Kebo Andanu! Hampir seluruh orang mendengar suaranya! Kini, baik pasukan Demak maupun para gerilyawan mendadak terkesiap diam!! Hanya ringkikan-ringkikan kuda sesekali terdengar disana-sini! Mereka yang datang menantikan bersama dengan tegang apa yang bakal terjadi!

Dan, lagi Kebo Andanu memutar kudanya! Jaka Tingkir sigap! Dia menubruk tubuh Kebo Andanu sekali lagi! Keduanya terguling-guling ditanah! Dan keduanyapun cepat bangkit berdiri!! Kebo Andanu beringas! Ia tusukkan keris ke tubuh Jaka Tingkir!!

Jaka Tingkir menghindar! Jaka Tingkir tetap bersikeras mengingatkkan Kebo Andanu! Namun serangan Kebo Andanu jadi ganas!! Pertempuran terjadi! Disaksikan oleh para prajurid Demak dan para gerilyawan, dua sosok harimau Majapahit itu kini sedang bertempur satu lawan satu!

Belum lama pertempuran terjadi, keadaan tegang tiba-tiba dipecahkan oleh nada hentakan kendang dan alunan gamelan!! Suara irama pertempuran!! Bunyi itu berasal berasal dari arah Pendhopo Pesanggrahan.

 Seluruh yang datang melihat, disana, Sultan Trenggana muncul sedang berdiri memandang duel maut dua harimau Majapahit!! Sultan-lah yang memerintahkan lebih dari satu Pangrawit Keraton ( Pemusik Istana ) yang juga turut serta dalam rombongan Sultan di Pegunungan Prawata, untuk membunyikan gamelan bernada perang!! Bunyi gamelan mengiringi adu kesaktian Jaka Tingkir dan Kebo Andanu!!

Kendang menghentak-hentak nyalang! Indah didengar!! Seiring gerakan dua orang yang sedang mengadu nyawa! Hentakan kendang, dibarengi teriakan berasal dari para prajurid Demak!!!

Para gerilyawan diam ditempat masing-masing! Mereka tidak mengira keadaan beralih secepat itu! Namun mereka tidak sanggup berbuat apa-apa! Semua cuma sanggup mengamati bersama dengan dada berdebar! Kedua orang yang sedang bertempur adalah para pemimpi mereka!

Namun tidak demikianlah dipihak pasukan Demak! Setiap kali Jaka Tingkir menyarangkan serangan, kendang dipukul keras!! Dan teriakan para prajurid mengiringinya!!! Disuatu saat, manakala posisi keduaya merapat, Jaka Tingkir menggeram :

“Hentikan!!”

Kebo Andanu mendengus :

“Bunuh aku, Raden! Atau saya bakal memenggal kepala Trenggana!”

Dan pertempuran berlangsung a lot! Masing-masing terlalu tangguh dan trampil bermain keris! Namun disuatu ketika, keris Jaka Tingkir berhasil melukai lambung Kebo Andanu! Kendang menghentak!!! Gemuruh nada prajurid membahana!!

Kebo Andanu jadi nekad!! Dan disuatu saat, saat Jaka Tingkir berhasil membalikkan serangan keris Kebo Andanu, ujung keris meluncur tak terarah lagi mengarah dada sang pemimpin gerilyawan!! Jaka Tingkir kaget tapi terlambat!! Keris menancap dalam!! Tepat didada Kebo Andanu!!

Kebo Andanu menggeram!! Darah memancar berasal dari dadanya!! Sesaat dia hendak bergerak kedepan, tapi tubuhnya luruh, dia jatuh terduduk.....!!!

Tangan kirinya mendekap dada yang udah basah oleh darah segar!! Tangan kanannya yang tenngah memegang keris diangkat tinggi-tinggi. Kebo Andanu berteriak :

“Jaya Majapahittt!!!”

Jaka Tingkir terkesima! Tubuhnya bagai terpancang kuat kedasar bumi!! Sesaat sebelum saat Kebo Andanu tersungkur, dia memandang ksatria Majapahit itu terseyum kepadanya!!!

Bunyi gamelan kemenangan kini terdengar!! Sorak sorai para prajurid Demak bergema! Ditempat lain para gerilyawan geger!!

Namun Ki Mas Manca berhasil menenangkan mereka!!

Ki Mas Manca memerintahkan dua orang gerilyawan maju kedepan. Jaka Tingkir tanggap, dia membiarkan dua orang gerilyawan itu membawa jenazah Kebo Andanu! Jaka Tingkir sempat berkata lirih, lumayan didengar dua orang gerilyawan :

“Lakukan upacara kematian yang layak!”

Dan, Ki Mas Manca memerintahkan seluruh gerilyawan meninggalkan pesangrahan Pegunungan Prawata kala itu juga!