Sri Makurung Handayaningrat adalah salah satu tokoh agama maupun kerajaan yang sangat dihormati semasa hidupnya.
Sri Makurung juga sering disebut Ki Ageng Pengging Sepuh. Untuk mengenal lebih lanjut tentang Sri Makurung, mari kita lihat silsilah dari kerajaan Pajang-Pengging berikut.
Dahulu, diceritakan penduduk Pajang-Pengging tidak ingin mengakui kekuasaan Majapahit, dan mereka memperluas pengaruhnya hingga ke daerah Sukowati, Kajoran, Gunungkidul, Kedu, dan Bagelen, akan tetapi mereka tidak memliki raja.
Para pemuda penduduk Pajang-Pengging menggembala ternak ke dalam hutan, sehingga mereka tinggal di dalam hutan itu. Singkat cerita para pemuda ini lama-lama mencapai 500 orang.
Suatu hari, ketua dari para pemuda ini mengusulkan pemilihan raja diantara mereka, lalu terbentuklah persejuan diantara mereka.
Akan tetapi, setiap kali raja dipilih, raja tidak hidup lama hanya beberapa hari. Panitia 9 yang merupakan sembilan pemimpin para pemuda ini menjadi bingung. Akhirnya mereka memohon petunjuk dari dewata.
Suatu ketika, pemujaan anggota panitia 9 ini dikabulkan dalam jawaban sebuah mimpi yang. Dalam mimpi itu, bila ingin mendapatkan raja sebenarnya, perlulah seoarang yang berdarah raja, bersih hati, dermawan, dan tidak memikirkan diri sendiri.
Dan diberitahukan adanya ajar yang berilmu tinggi. Setalahnya panitia 9 mencari ajar ini. Adalah pendeta yang berdapa di lereng Gunung Merapi, bernama Ki Ajar Saloka yang sakti juga mempunyai seorang anak.
Setelah berunding, panitia 9 mengambil kepuusan untuk mencari keturunan Ki Ajar. Singkat cerita panitia 9 dan anak dari Ki Ajar Saloka yang sedang tersesat bertemu di daerah Pajang-Pengging, dan panitia 9 menculik anak ini untuk dijadikan raja.
Anak ini ketakutan sekali hingga tidak keluar dari panhadapan hingga empat puluh hari. Panitia 9 tidak sabar akan kemunculan raja, mereka setuju untuk membunuh raja yang tidak berbuat sesuatu ini. Pada malam sebelum rencana panitia 9 berjalan, anak ini mendapatkan karunia dari dewata. Jiwa Ki Ajar Saloka turun ke seluruh hutan dan menuju anaknya.
Anak itu mendengar suara yang menyuluhkan dia untuk menjadi raja dan memberi peringatan akan rencana pembunuhannya.
Keesokan harinya, anak ini keluar dari penghadapan dengan wajah yang bersinar dan wibawa yang kuat, sehingga membuat semua pemuda takut kepadanya. Dia duduk di tahta, dan berkata “Hai rakyatku sekalian. Benar-benarlah kalian telah bersatu tekad untuk mengakui saya sebagai raja.
Saya dengan desas-desus ada diantara kalian yang akan menggantikan saya. Siapa itu? Boleh kamu keluar dna serang aku sekarang.” Panitia 9 tidak takut akan hal ini, mereka menyerang bersama-sama tetapi lumpuh seketika. Akhirnya mereka mengakui anak ini menjadi raja.
Setelah itu Kerajaan Pajang-Pengging berkembang pesat dan lama-lama Kerajaan Pajang-Pengging disebut sebagai kerajaan Pengging. Setelah Kerajaan berkembang, baginda Prabu Pancadriya bersama patihnya Patih Pancakarya menuju ke Majapahit untuk bertemu menghadap.
Menikahlah putri baginda Majapahit yang bernama Dewi Kencanawulan atau Kencanawati dengan Prabu Pancadriya yang kemudian diberi gelar Prabu Handayaningrat.
Pada pernikahan mereka, mereka dikaruniai seorang putri bernama Asmayawati, akan tetapi permaisuri meninggal dunia. Karena kesedihan ini, Prabu Handayaningrat tidak mau menghadap ke Kerajaan Majapahit dan membengkang.
Murkalah Prabu Brakumara dan berusaha menyerang Prabu Handayaningrat. Patih dan adipati yang tahu hal ini bersembunyi.
Prabu Handayaningrat yang mengetahui hal ini pun menyelamatkan diri bersama putrinya dan bertapa di Gunung Duk, sehingga dijuluki Ki Juru.
Waktu berlalu, Dewi Asmayawati tumbuh cantik. Ketika dia mandi di sungai, adalah raja dari buaya yang berwarna putih dan sakti.
Buaya ini menyamar menjadi pangeran muda tampan dan menyihir Dewi Asmayawati hingga jatuh cinta. Ki Juru terlambat mengetahui hal ini dan Dewi Asmayawati sudah melahirkan putra yang bagus warnanya serta berseri mukanya. Anak ini dinamakan Jaka Sengara, ketika lahirnya anak ini, Ki Juru pergi.
Singkat cerita ketika Jaka Sengara tumbuh menjadi remaja, ia bertanya kepada ibunya, siapakah ayahnya. Dijawabnyalah kepada Jaka Sengara beserta silsilah keluarga ibunya. Mendengar cerita ini, Jaka Sengara ingin berpegian mencari jawaban hidupnya.
Bertapalah dia di hutan dan mendapatkan suara drwata untuk pergi ke Majapahit dan bertemu Prabu Brawijaya. Jaka Sengara pergi ke Kota Majapahit dan magang untuk menaklukan Pulau Bali.
Prabu Brawijaya mengadakan sayembara untuk mengalahkan pasukan Bali. Singkat cerita Jaka Sengara berhasil menaklukan Pulau Bali dan dia menjadi adipati di tempat neneknya dulu, Handayaningrat dan mendapatkan putri Prabu Brawijaya.
Sehingga Jaka Sengara mendapatkan julukan Sri Makurung Handayaningrat saat ini. Beliau memiliki tiga anak laki-laki, yaitu Kebo Kanigara, Kebo Kenanga, dan Kebo Amiluhur.
Kebo Kanigara meninggal di Gunung Merapi ketika bertapa, Kebo Kenanga menjadi penerus Kerajaan Pajang-Pengging yang memliki cerita sendiri, dan Ki Kebo Amiluhur meninggal saat muda.
Sri Makurung beserta istri dan putra ketiganya dimakamkan di Magelangan, Desa Dukuh, Kabupaten Boyolali. Makan Sri Makurung Handayaningrat sering dikunjugni peziarah khususnya pada Bulan Ruwah atau Jumat Pahing.