Syiar agama Islam yang dibawa Walisongo di bumi Nusantara cukup penomenal. Selain cara penyampaiannya yang mudah diterima oleh masyarakat, juga sangat mengormati budaya yang telah ada. Dengan demikian, tidak sedikit masyarakat yang tertarik untuk memeluk agama Islam.
Perlu diketahui juga, sebenarnya ada pendhulu sekaligus guru Walisongo yang telah lebih dulu melakukan syiar Islam. Beliau adalah Syekh Nurjati yang dikenal juga dengan nama Syekh Datuk Kahfi atau Syekh Dzatul Kahfi, yang bermukim di Tanah Cirebon, Jawa Barat.
Syekh Datuk Kahfi yang bernama asli Idholfi Mahdi merupakan keturunan dari Syekh Datuk Ahmad, yang lahir di Semenanjung Malaka. Setelah beranjak dewasa pergi ke Mekkah untuk menuntut ilmu dan berhaji.
Selesai menimba ilmu di Mekah, dia melanjutkan perjalananya untuk menimba ilmu ke Bagdad. Setelah itu, Raja Bagdad mengutusnya untuk melakukan syiar Islam di tanah Jawa. Dia pun berangkat bersama rombongan dari Bagdad sebanyak sepuluh pria dan dua orang perempuan tiba di Muara Jati sekitar tahun 1420 M.
Referensi pihak ketiga
Kedatangan rombongan Syekh Datuk Kahfi, Penguasa Pelabuhan Muara Jati, Ki Gedeng Tapa/Ki Mangkubumi Jumajan Jati menyambutnya dengan baik dan diberi izin untuk bermukim di daerah Pesambangan, yang merupakan sebuah bukit kecil bernama Giri Amparan Jati.
Di sana, Syekh Datuk Kahfi mulai melakukan syiar Islam dengan memperkenalkan agama Islam kepada masyarakat setempat. Hebatnya, dengan mudah masyarakat berdatangan dan menyatakan dirinya masuk Islam dengan tulus ikhlas. Seiring berjalannya waktu, orang-orang terus berdatangan dan semakin banyak yang menjadi pengikut Syekh Datuk Kahfi.
Setelah cukup lama tinggal di sana, Syekh Datuk Kahfi pun akhirnya menikah dengan seorang janda bernama Hadijah yang merupakan cucu Haji Purwa Galuh (Raden Bratalegawa, orang pertama yang pergi berhaji dari Jawa Barat, yang saat itu masih bernama Kerajaan Galuh). Bersama Hadijah, Syekh Nurjati mendirikan sebuah pondok pesantern yang bernama Pesambangan Jati.
Di pondok pesantrenya, Pangeran Walangsungsang dan Nyai Rara Santang yang merupakan anak-anak dari Prabu Siliwangi Sri Baduga Maharaja sang penguasa Pajajaran, belajar ilmu agama Islam. Selain itu, sejumlah Wali Songo, seperti Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunug Jati dan Sunan Kalijaga serta Syekh Siti Jenar berguru kepada Syekh Datuk Kahfi.
Referensi pihak ketiga
Sumber: daerah.sindonews.com/read/1106941/29/syekh-nurjati-dan-legenda-puser-bumi-gunung-jati-1462703457/
Perlu diketahui juga, sebenarnya ada pendhulu sekaligus guru Walisongo yang telah lebih dulu melakukan syiar Islam. Beliau adalah Syekh Nurjati yang dikenal juga dengan nama Syekh Datuk Kahfi atau Syekh Dzatul Kahfi, yang bermukim di Tanah Cirebon, Jawa Barat.
Syekh Datuk Kahfi yang bernama asli Idholfi Mahdi merupakan keturunan dari Syekh Datuk Ahmad, yang lahir di Semenanjung Malaka. Setelah beranjak dewasa pergi ke Mekkah untuk menuntut ilmu dan berhaji.
Selesai menimba ilmu di Mekah, dia melanjutkan perjalananya untuk menimba ilmu ke Bagdad. Setelah itu, Raja Bagdad mengutusnya untuk melakukan syiar Islam di tanah Jawa. Dia pun berangkat bersama rombongan dari Bagdad sebanyak sepuluh pria dan dua orang perempuan tiba di Muara Jati sekitar tahun 1420 M.
Referensi pihak ketiga
Kedatangan rombongan Syekh Datuk Kahfi, Penguasa Pelabuhan Muara Jati, Ki Gedeng Tapa/Ki Mangkubumi Jumajan Jati menyambutnya dengan baik dan diberi izin untuk bermukim di daerah Pesambangan, yang merupakan sebuah bukit kecil bernama Giri Amparan Jati.
Di sana, Syekh Datuk Kahfi mulai melakukan syiar Islam dengan memperkenalkan agama Islam kepada masyarakat setempat. Hebatnya, dengan mudah masyarakat berdatangan dan menyatakan dirinya masuk Islam dengan tulus ikhlas. Seiring berjalannya waktu, orang-orang terus berdatangan dan semakin banyak yang menjadi pengikut Syekh Datuk Kahfi.
Setelah cukup lama tinggal di sana, Syekh Datuk Kahfi pun akhirnya menikah dengan seorang janda bernama Hadijah yang merupakan cucu Haji Purwa Galuh (Raden Bratalegawa, orang pertama yang pergi berhaji dari Jawa Barat, yang saat itu masih bernama Kerajaan Galuh). Bersama Hadijah, Syekh Nurjati mendirikan sebuah pondok pesantern yang bernama Pesambangan Jati.
Di pondok pesantrenya, Pangeran Walangsungsang dan Nyai Rara Santang yang merupakan anak-anak dari Prabu Siliwangi Sri Baduga Maharaja sang penguasa Pajajaran, belajar ilmu agama Islam. Selain itu, sejumlah Wali Songo, seperti Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunug Jati dan Sunan Kalijaga serta Syekh Siti Jenar berguru kepada Syekh Datuk Kahfi.
Referensi pihak ketiga
Sumber: daerah.sindonews.com/read/1106941/29/syekh-nurjati-dan-legenda-puser-bumi-gunung-jati-1462703457/