Bercita-cita bukan jadi seorang militer TB Simatupang berasal dari muda ia dambakan jadi seorang dokter di sebuah rumah sakit gereja, namun tawaran jadi seorang Taruna di Academy militer kerajaan Belanda sukses membuat dia meruntuhkan segala cita-citanya.
Setelah 9 bulan melalui beraneka alur seleksi, Ia pun pada akhirnya diterima sebagai Taruna bersama dengan tokoh militer tenar lainnya seperti, Rahmat kartakusuma, Abdul Haris Nasution, dan Alex Kawilarang.
Namun setelah kemerdekaan Indonesia terhadap th. 1945, TB Simatupang pada akhirnya bergabung bersama dengan tentara Republik Indonesia (TRI) dan menyandang pangkat kapten lebih-lebih ia juga ditunjuk sebagai asisten kepala bagian organisasi markas tentara, karena pemikirannya yang terlampau Cemerlang pada akhirnya membuat karir TB Simatupang semakin meleset di kemiliteran, lebih-lebih Ia dikenal sebagai seorang konseptor peletak dasar dasar militer.
Dan Puncak karirnya yakni kala ia diangkat sebagai kepala staf Angkatan perang (KSAP) padahal usianya masih mampu dibilang muda, ia baru menginjak 29 tahun, dia terpilih untuk menukar Jenderal Sudirman yang telah wafat terhadap Januari 1950.
Bahkan TB Simatupang dulu bersaing mulut bersama dengan Soekarno cuma karena masalah seragam, dalam analisis TB Simatupang, uniform merupakan sebuah simbol kebanggaan yang harus ditunjukkan terhadap rakyat, lebih-lebih selagi itu Indonesia baru saja raih kemerdekaannya.
Dalam buku Percakapan bersama dengan DR TB Simatupang ia bicara bahwa " yang benar saya katakan adalah: Bung Karno saya sebagai kepala staf Angkatan Perang yang memakai uniform, memberi hormat terhadap Bung Karno yang tidak memakai uniform. supaya bersama dengan demikianlah penduduk akan memandang bukan yang memakai uniform itu yang lebih tinggi. namun yang tidak memakai uniform,".
Ternyata buntut berasal dari adu mulut antara TB Simatupang dan Soekarno ini membuat pertalian mereka agak sedikit renggang, lebih-lebih selagi itu tersedia perpecahan internal di tubuh militer dan pola pikir yang tak sejalan bersama dengan TB Simatupang ini membuatnya pada akhirnya terpental berasal dari dunia militer, TB Simatupang pun harus kehilangan jabatannya sebagai kepala staf Angkatan perang (KSAP) lantaran dinilai bahwa ia Pro terhadap gerakan 17 Oktober, karena aksi ini diakui sebagai usaha 'setengah kudeta' oleh Soekarno. Karena perihal itu ia pun harus isikan hari-hari sebagai rakyat sipil biasa.
Meskipun demikianlah otak dan gagasannya yang terlampau tajam tak dia sia-siakan oleh TB Simatupang, ia pun pada akhirnya menyibukkan diri bersama dengan menulis buku dan mengajar di SSKAD (sekolah staf dan komando Angkatan Darat, sekarang Seskoad, dan akademi hukum militer /AHAM) dan terhadap th. 1969 Ia pun sukses raih gelar doktor Honoris Causa berasal dari Universitas Tulsa Oklahoma Amerika Serikat.
Namun dia harus wafat terhadap tanggal 1 Januari 1990, biarpun begitu TB Simatupang pun dianugerahi tanda jasa bintang Mahaputra adipradana terhadap th. 1995 oleh pemerintahan RI. dan baru terhadap masa kepemimpinan SBY lah terhadap th. 2013 ia diberi gelar sebagai pahlawan nasional.
Sumber: www.megamein.com
Setelah 9 bulan melalui beraneka alur seleksi, Ia pun pada akhirnya diterima sebagai Taruna bersama dengan tokoh militer tenar lainnya seperti, Rahmat kartakusuma, Abdul Haris Nasution, dan Alex Kawilarang.
Namun setelah kemerdekaan Indonesia terhadap th. 1945, TB Simatupang pada akhirnya bergabung bersama dengan tentara Republik Indonesia (TRI) dan menyandang pangkat kapten lebih-lebih ia juga ditunjuk sebagai asisten kepala bagian organisasi markas tentara, karena pemikirannya yang terlampau Cemerlang pada akhirnya membuat karir TB Simatupang semakin meleset di kemiliteran, lebih-lebih Ia dikenal sebagai seorang konseptor peletak dasar dasar militer.
Dan Puncak karirnya yakni kala ia diangkat sebagai kepala staf Angkatan perang (KSAP) padahal usianya masih mampu dibilang muda, ia baru menginjak 29 tahun, dia terpilih untuk menukar Jenderal Sudirman yang telah wafat terhadap Januari 1950.
Bahkan TB Simatupang dulu bersaing mulut bersama dengan Soekarno cuma karena masalah seragam, dalam analisis TB Simatupang, uniform merupakan sebuah simbol kebanggaan yang harus ditunjukkan terhadap rakyat, lebih-lebih selagi itu Indonesia baru saja raih kemerdekaannya.
Dalam buku Percakapan bersama dengan DR TB Simatupang ia bicara bahwa " yang benar saya katakan adalah: Bung Karno saya sebagai kepala staf Angkatan Perang yang memakai uniform, memberi hormat terhadap Bung Karno yang tidak memakai uniform. supaya bersama dengan demikianlah penduduk akan memandang bukan yang memakai uniform itu yang lebih tinggi. namun yang tidak memakai uniform,".
Ternyata buntut berasal dari adu mulut antara TB Simatupang dan Soekarno ini membuat pertalian mereka agak sedikit renggang, lebih-lebih selagi itu tersedia perpecahan internal di tubuh militer dan pola pikir yang tak sejalan bersama dengan TB Simatupang ini membuatnya pada akhirnya terpental berasal dari dunia militer, TB Simatupang pun harus kehilangan jabatannya sebagai kepala staf Angkatan perang (KSAP) lantaran dinilai bahwa ia Pro terhadap gerakan 17 Oktober, karena aksi ini diakui sebagai usaha 'setengah kudeta' oleh Soekarno. Karena perihal itu ia pun harus isikan hari-hari sebagai rakyat sipil biasa.
Meskipun demikianlah otak dan gagasannya yang terlampau tajam tak dia sia-siakan oleh TB Simatupang, ia pun pada akhirnya menyibukkan diri bersama dengan menulis buku dan mengajar di SSKAD (sekolah staf dan komando Angkatan Darat, sekarang Seskoad, dan akademi hukum militer /AHAM) dan terhadap th. 1969 Ia pun sukses raih gelar doktor Honoris Causa berasal dari Universitas Tulsa Oklahoma Amerika Serikat.
Namun dia harus wafat terhadap tanggal 1 Januari 1990, biarpun begitu TB Simatupang pun dianugerahi tanda jasa bintang Mahaputra adipradana terhadap th. 1995 oleh pemerintahan RI. dan baru terhadap masa kepemimpinan SBY lah terhadap th. 2013 ia diberi gelar sebagai pahlawan nasional.
Sumber: www.megamein.com