Membuka lagi buku-buku mengenai perjuangan Panglima Soedirman, anda akan mengejar nama yang tentu asing dan janggal, yaitu si Putih. Percaya atau tidak, si Putih ini ialah seorang waria dan ia mempunyai tugas super berat sebagai satu-satunya penunjuk jalan dalam di antara operasi gerilya riskan Soedirman. Satu-satunya sebab ketika tersebut semua orang fobia melakukannya.
Waria heroik barangkali bukan padanan yang pas, namun pasangan kata itu dapat kita sematkan untuk sosok satu ini. Nah, berikut ialah kisah si waria pemberani yang barangkali belum pernah anda dengar sebelumnya.
Ketika Panglima Soedirman Dilanda Gundah
Masuk ke hutan-hutan ialah hal teratur yang dilaksanakan Panglima Soedirman dan pasukannya saat bergerilya. Dan telah menjadi kelaziman beliau untuk mencarter pemandu jalan dari masyarakat setempat karena dirasakan lebih tahu medan. Perjalanan menyusuri hutan dilaksanakan hari demi hari, sampai akhirnya hingga ke sebuah wilayah di Ponorogo.
Soedirman dan pasukannya menyimpulkan untuk berhenti dan beristirahat di suatu perkampungan. Perjalanan berkeinginan dilanjutkan, tetapi ada yang mengganjal benak Soedirman. Hal tersebut ialah informasi dari masyarakat setempat yang menuliskan markas Belanda ternyata tak jauh dari sana. Bingung, kesudahannya perjalanan juga dihentikan sementara.
Si Putih, Sosok Penyelamat Gerilya Soedirman
Sebenarnya masyarakat bukannya tak tahu jalan yang bakal dituju pasukan Soedirman. Hanya saja, mereka terlampau takut sebab markas Belanda begitu dekat. Ketahuan menolong sudah tentu hukumannya ialah digantung. Hampir tak terdapat masyarakat yang berani mengemukakan dirinya sebagai relawan.
Ketika nyaris putus asa, lantas muncul lah sesosok lelaki dengan penampakan yang paling tak biasa. Ia berkulit putih dan bertingkah laku laksana wanita atau istilah Jawanya kemayu. Pria ini dengan gampangnya mengemukakan dirinya sebagai penunjuk jalan. Meskipun risikonya ialah besar. Soal nama, tidak diketahui dengan tentu siapa orang ini, tetapi ia dipanggil si Putih saat itu.
Kemampuan Navigasi Hebat Si Putih
Dari gaya barangkali kemayu, namun soal keterampilan menjelajah ternyata si Putih ini benar-benar luar biasa. Masuk terbit hutan mampu dijalaninya. Bahkan ia memilihkan jalan yang benar-benar pas untuk Soedirman yang ditandu kala itu. Suasana saat tersebut juga paling mencekam. Ketika regu tengah berjalan, kadang dari jauh tersiar suara-suara mobil Belanda yang menggeram.
Setidaknya sekitar dua hari sarat Si Putih menuntun rombongan Soedirman menyusuri hutan-hutan. Sebuah usaha yang tentu pantas untuk diapresiasi. Makanya, tak heran meskipun barangkali Si Putih ini seorang waria, namun ia menemukan apresiasi luar biasa, khususnya dari Panglima Soedirman sendiri.
Siapa Sangka, Si Putih Nyatanya…
Setelah perjalanan dua hari itu, regu akhirnya berhenti di suatu desa dan disambut oleh warga setempat. Panglima Soedirman dkk dijamu dengan paling baik di sini. Nah, di momen ini, entah kenapa ketidakpercayaan orang-orang terhadap si Putih begitu besar. Apalagi saat Putih ingin tak inginkan ketika disuruh ke sungai bersama-sama untuk mencuci diri. Hingga kesudahannya diketahui kebenaran yang bahwasannya dari sang navigator Panglima itu.
Berdasarkan keterangan dari cerita, saat si Putih menampik dan mengatakan hendak mandi terpisah, salah seorang ditugasi guna menguntit. Setelah sekian lama mengamati, kesudahannya diketahui ternyata si Putih ini ternyata ialah wanita.
Orang yang ditugasi guna menguntit tadi juga tertawa-tawa dan mengucapkan hal ini untuk semua orang yang akhirnya pun ikut tergelak pula. Ya, siapa yang menyangka andai si Putih ini memang benar seorang wanita, melulu saja dandanannya yang serupa pria. Mungkin supaya Panglima Soedirman memberikannya peluang sebagai pemandu jalan.
Tjokropranolo, di antara orang keyakinan Soedirman menuliskan tidak pernah mengira andai orang yang perawakannya seperti tersebut mampu menuntun rombongan dengan selamat. Sungguh spektakuler tekad si Putih ini. Ketika semua pria kekar ngeri dan ketakutan, ia malah berani maju meskipun risikonya ialah kematian.
Waria heroik barangkali bukan padanan yang pas, namun pasangan kata itu dapat kita sematkan untuk sosok satu ini. Nah, berikut ialah kisah si waria pemberani yang barangkali belum pernah anda dengar sebelumnya.
Ketika Panglima Soedirman Dilanda Gundah
Masuk ke hutan-hutan ialah hal teratur yang dilaksanakan Panglima Soedirman dan pasukannya saat bergerilya. Dan telah menjadi kelaziman beliau untuk mencarter pemandu jalan dari masyarakat setempat karena dirasakan lebih tahu medan. Perjalanan menyusuri hutan dilaksanakan hari demi hari, sampai akhirnya hingga ke sebuah wilayah di Ponorogo.
Soedirman dan pasukannya menyimpulkan untuk berhenti dan beristirahat di suatu perkampungan. Perjalanan berkeinginan dilanjutkan, tetapi ada yang mengganjal benak Soedirman. Hal tersebut ialah informasi dari masyarakat setempat yang menuliskan markas Belanda ternyata tak jauh dari sana. Bingung, kesudahannya perjalanan juga dihentikan sementara.
Si Putih, Sosok Penyelamat Gerilya Soedirman
Sebenarnya masyarakat bukannya tak tahu jalan yang bakal dituju pasukan Soedirman. Hanya saja, mereka terlampau takut sebab markas Belanda begitu dekat. Ketahuan menolong sudah tentu hukumannya ialah digantung. Hampir tak terdapat masyarakat yang berani mengemukakan dirinya sebagai relawan.
Ketika nyaris putus asa, lantas muncul lah sesosok lelaki dengan penampakan yang paling tak biasa. Ia berkulit putih dan bertingkah laku laksana wanita atau istilah Jawanya kemayu. Pria ini dengan gampangnya mengemukakan dirinya sebagai penunjuk jalan. Meskipun risikonya ialah besar. Soal nama, tidak diketahui dengan tentu siapa orang ini, tetapi ia dipanggil si Putih saat itu.
Kemampuan Navigasi Hebat Si Putih
Dari gaya barangkali kemayu, namun soal keterampilan menjelajah ternyata si Putih ini benar-benar luar biasa. Masuk terbit hutan mampu dijalaninya. Bahkan ia memilihkan jalan yang benar-benar pas untuk Soedirman yang ditandu kala itu. Suasana saat tersebut juga paling mencekam. Ketika regu tengah berjalan, kadang dari jauh tersiar suara-suara mobil Belanda yang menggeram.
Setidaknya sekitar dua hari sarat Si Putih menuntun rombongan Soedirman menyusuri hutan-hutan. Sebuah usaha yang tentu pantas untuk diapresiasi. Makanya, tak heran meskipun barangkali Si Putih ini seorang waria, namun ia menemukan apresiasi luar biasa, khususnya dari Panglima Soedirman sendiri.
Siapa Sangka, Si Putih Nyatanya…
Setelah perjalanan dua hari itu, regu akhirnya berhenti di suatu desa dan disambut oleh warga setempat. Panglima Soedirman dkk dijamu dengan paling baik di sini. Nah, di momen ini, entah kenapa ketidakpercayaan orang-orang terhadap si Putih begitu besar. Apalagi saat Putih ingin tak inginkan ketika disuruh ke sungai bersama-sama untuk mencuci diri. Hingga kesudahannya diketahui kebenaran yang bahwasannya dari sang navigator Panglima itu.
Berdasarkan keterangan dari cerita, saat si Putih menampik dan mengatakan hendak mandi terpisah, salah seorang ditugasi guna menguntit. Setelah sekian lama mengamati, kesudahannya diketahui ternyata si Putih ini ternyata ialah wanita.
Orang yang ditugasi guna menguntit tadi juga tertawa-tawa dan mengucapkan hal ini untuk semua orang yang akhirnya pun ikut tergelak pula. Ya, siapa yang menyangka andai si Putih ini memang benar seorang wanita, melulu saja dandanannya yang serupa pria. Mungkin supaya Panglima Soedirman memberikannya peluang sebagai pemandu jalan.
Tjokropranolo, di antara orang keyakinan Soedirman menuliskan tidak pernah mengira andai orang yang perawakannya seperti tersebut mampu menuntun rombongan dengan selamat. Sungguh spektakuler tekad si Putih ini. Ketika semua pria kekar ngeri dan ketakutan, ia malah berani maju meskipun risikonya ialah kematian.