Persugihan gunung srandil Berdasarkan keterangan dari Ki Rekso Jiwo tidak sedikit dikenal sekian banyak kalangan ditanah jawa,bahkan gunung srandil sendiri tidak jarang diziarahi oleh peziarah dari sekian banyak wilayah luar kota bahkan luar jawa,banyak figur tokoh digdaya yang bertapa digunung ini yang sebetulnya adalahsebuah bukit
banyak urusan yang dapat diotak atik gatuk kan,berawal dari sampokong yang dikenal sebagai pedagang besar tempo dulu,kemudian prajurit pangeran diponegoro yang mempunyai nama kunci sari dan dana sari yang andai digabungkan menjadi kunci dana.
dan diperbanyak tokoh figur lain yang paling besar pengaruhnya dikalangan orang jawa,yaitu kaki semar dan hanoman.
mungkin begitulah kiasan kisah tentang persugihan gunung srandil,yang mana Ki Rekso Jiwo sendiri tidak mengetahui sejarah atau mitos digunung srandil,karena datang ketempat itupun adalah sebuah kebetulan
Kebetulan dimana Ki Rekso Jiwo mendatangi teman seprofesi didaerah kroya dengan naik kereta api joglokerto,dalam acara yang seketika karena diajak lekas kekroya sebab hal urgen yang mesti dilakukan.
dalam perjalanan sempat goggleing menggali tempat ziarah disekitar kroya,tak tidak sedikit informasi yang didapat,lagian pun fokusnya ketempat teman,setelah hingga distasiun kroya dijemput dengan sepeda motor dan setelahnya ngobrol ngalor ngidul tentang sekian banyak masalah yang mesti ditamatkan dan menata jadwal acara.
kemudian iseng menanyakan"apakah dekat gunung srandil atau pantai dari kroya ini"
temanpun membalas "kira kira 10 menit bila kegunung srandil,kemarin aku baru kesana "
dan bila longgar aku mohon diantar kesana guna ziarah,alangkah baiknya siang atau sore supaya bisa merasakan pemandangan disana dengan lebih puas.
Siang hingga kroya,kemudian bercengkrama seraya istirahat dan disambung ritual sampai berlalu jam 8 malam,kemudian rekan mengajak terbit untuk mendatangi seseorang,dengan mengunakan sepeda motor berboncengan,dan tak disangka motor melaju hingga digunung srandil,melewati seplang adipala
Dalam hati agak kecewa,karena mohon suasana terang justeru malam malam kegunung srandil,tapi apa boleh buat,ya sudahlah keluh Ki Rekso jiwo dalam hati
Memasuki gapura yang bertuliskan gunung srandil mandala giri,ada pohon yang dipagar tembok dan sejumlah patung menghiasi,berjalan kekiri separuh mengitari pagar itu nampak patung yang duduk jengkeng membawa gada berwarna kuning emas,sebelah kiri adalahpetilasan sampokong atau sunan kuning,yang didalamnya terdapat sejumlah biku yang sedang ritual agama budha.
kemudian berjalan melalui bukit sisi kiri,samping petilasan sunan kuning dan arca catur rupa,lurus arah unsur timur keselatan sampai melewati tangga beton yang menuju puncak bukit atau bukit anoman,perjalanan terus berlanjut melalui dua nisan makam disebelah kanan jalan laksana halnya tangga yang mengarah keatas tadi.
langkah berlanjut hingga disebuah sumur dikiri dan suatu bangunan kecil disebelah kanan dibawah bukit gunung srandil.
disitu terdapat sejumlah orang,salah satunya juru kunci disitu,beberapa ketika bercengrama mengencerkan suasana dengan perkenalan dan bincang bincang enteng sebelum meditasi dan doa dilakukan
Setelah cukup mengobrol bincang,kemudian ritual meditasi dan doa dilaksanakan dengan menginjak bangunan kecil yang lumayan rapi yang menghadap tiga patung dan bertuliskan syeh,tapi syeh siapa lupa,lagian baru kesatu kali dan tidak banyak kecewa sampai-sampai kurang konsentrasi mengenali atau mengingat.
Aroma dupa yang sejak tadi menyala yang dikobarkan peziarah beda yang sebelumnya berdoa disitu,menambah nyamannya keadaan dan mengiring doa dalam duduk bersila,lantunan doa doa memohonkan ampun dan mengirim doa untuk siapa saja yang dimakamkan disitu atau penguasa gaib digunung srandil tersebut,begitulah doa doa yang tidak jarang kali dipanjatkan Ki Rekso Jiwo dalam berziarah kemana saja
Khusuknya doa membawa keheningan merasuk kalbu,samar samar bayang bayang muncul nampak semakin jelas disaat doa terlantun,memasuki gapura cempuri yang didalamnya menyemprot warna merah delima,semakin masuk disambut perempuan yang sosoknya serupa Nyai blorong yang setengah badan insan dan separuhnya lagi sosok ular yang panjangnya mengelilingi cempuri atau gunung srandil,bisa dibayangkan seberapa panjangnya ?
sosok yang serupa Nyai blorong,namun jauh bertolak belakang dari penampilan dan wibawa yang dipancarkan,sepertinya masih terdapat hubungan,seperti anak buahnya yang mengawal tempat itu,dan disaat penampakan tersebut begitu nyata,Ki Rekso Jiwo juga berucap "terima kasih sambutannya,namun Ki Rekso disini tidak mengharapkan apapun,terlebih persugihan,hanya berziarah mendoakan danyang danyang,cikal akan penguasa lokasi ini supaya tenang dan mendapat ampunan,kemudian sosok insan setengah ular itu mundur dan menghilang,berganti air mancur yang menyemprot dari bumi,dan dipakailah air itu untuk bersuci,membasuh tangan ,muka dan kaki,tak tak sempat siteman ditarik guna bersuci ditempat itu.
Dari empiris ini layaklah andai disini sering dilaksanakan ritual persugihan gunung srandil,yang mana urusan itu adalah godaan untuk spiritualis yang berziarah dan laku batin digunung srandil